Friday, August 25, 2006

Hiatus Mode

Oopss, blog ini untuk sementara gak diisi dulu ya... Sementara admin mau pergi dulu ke suatu tempat di Sumatra Utara dan nggak sempat meng-update blog. Mau fokus ke tugas akademis dulu. Bagi yang mau nulis disini silahkan accept invitation yang udah dikirimkan. Nanti kalo kerjaanku udah beres baru kita update blog ini dan menyelesaikan fitur-fitur yang belum selesai. Just wait for another "blog bomb"... and bye for a moment.

PS: Cacian, hinaan, saran dan komentar masih ditunggu. Silahkan isi tagboard atau borang kontak... Thanks.

Monday, August 14, 2006

Math, Computing My Life

"Apa?! Ujian matematikanya hari senin? Kenapa mesti hari pertama?" Ya, itulah keluhan yang paling sering keluar dari mulutku begitu tau ujian matematika digelar di hari pertama minggu ujian semasa sekolah. Matematika bagiku adalah momok menyeramkan sekaligus menyebalkan. Otakku terlalu lambat (bodoh) untuk pelajaran matematika dan ujiannya adalah hari "kiamat kecil".

Sebenarnya udah salah dasar (pondasi matematis) sejak kecil. Tahun pertama di SD aku tidak punya masalah dengan matematika (MM), tapi begitu masuk tahun kedua aku mulai "bosan". Matematika terlalu gampang dan aku memberontak kepada guruku, "Buk (Bu maksudnya), itungannya koq gitu-gitu aja?! Bosan..." Begitulah, saat masuk kelas tiga aku sudah banyak ketinggalan, dengan kata lain menjadi bodoh, bahkan kalo disuruh menghapal perkalian seusai sekolahan oleh ortu, aku lebih memilih pura-pura tidur siang atau kabur ke rumah tetangga untuk main atau nonton kartun. Aku benci sekali matematika.

Selama bertahun-tahun aku cuek dengan matematika dan kuanggap angin lalu saja. Kupikir, tidak butuh matematika untuk bertahan hidup. Tapi tidak kalau ujian matematika. Aku harus belajar mati-matian hanya untuk mendapatkan nilai minimal enam. Betul, bukan kiasan. Aku harus memperhatikan contoh soal, atau memaksa temanku yang kebetulan pintar untuk mengajariku secara instan. Pernah juga main curang waktu SMP alias ngopek pas ujian. Terpaksa sekali karna gurunya mewanti-wanti membuat siswa yang nilai enam akan dibuat tinggal kelas. Jadi harus "kerja ekstra dan hati-hati" supaya perbuatan curangnya nggak ketahuan. Dan kalau ada PR matematika, aku lebih memilih menyontek PR kawan dengan sedikit modifikasi supaya nggak begitu kentara contekannya. Itupun mencontek kalo sudah pasrah dan nggak tau penyelesaian dari soal2. Dan kalo misalnya PR yang kebetulan aku buat sendiri mendapat nilai bagus, waduh senang sekali. Mirip Nobita mukanya...

Satu-satunya pelajaran yang selalu "menyelamatkanku" dari jebakan akademis adalah Bahasa Inggris. Kebetulan aku dileskan sejak kelas enam SD dan memang bagiku nggak susah mempelajarinya, dan disini (Lubuk Pakam yang kecil) kemampuan berbahasa Inggris yang baik adalah sebuah kemewahan dan kemampuan yang tidak banyak ditemukan (berbeda dengan keadaan di kota besar, anak TK sudah dapat materi Inggris dan kemampuannya lancar sekali plus bahasa Inggris adalah sesuatu hal yang sangat biasa). Di ijazah SMP dan SMA, nilai bahasa Inggrisku selalu tinggi dan menutupi nilai matematikaku yang jelek. Bisa dibilang, nilai rata-rata di ijazahku lumayan tinggi karena bahasa Inggris (dan beberapa pelajaran lain).

Hingga kini aku masih terkagum-kagum dan takjub dengan teman-temanku dan semua orang yang jago/pintar/menguasai matematika ataupun kuliah di bidang matematika (ada dua blogger yang kukenal merupakan lulusan matematika, Kak Sherly dan Bang Gandhi). Takjubnya kepada semua yang pintar MM begini, mulutku kadang melongo dan tampang melempem begitu tau mereka menguasainya, pokoknya kagum dan susah dijelaskan dengan kata-kata... Kadang aku minder kalo bergabung dengan kumpulan orang-orang eksakta padahal teman2 dekatku kebanyakan anak eksakta yang notabene jago MM, terutama pas SMA dulu. Ada rivalitas tersembunyi diantara anak2 jurusan eksakta (IPA) dan sosial (IPS). Ada orang-orang tertentu di IPA yang sombong dengan kepintarannya (gak semua loh, banyak yang baek koq), sedangkan anak2 IPS menjadi minder dan mencari pembelaan diri atas stereotip umum bahwa anak2 IPS itu bodoh.

And now, aku merasakan betul manfaat matematika dan mematahkan anggapanku dulu kalo tidak butuh matematika untuk bertahan hidup. Tanpa matematika aku akan kesusahan dalam menjalani hidup dan tidak bisa berpikir taktis lagi praktis dalam menentukan keputusan. Dan sejak tiga tahun kuliah ini aku mulai belajar matematika lagi dari dasar karna kuliahanku menyangkut bidang eksakta. Aku butuh matematika walau bukan hal yang mudah untuk belajar menyukai dan mengerti suatu hal yang menjadi "monster" dalam hidupku selama bertahun-tahun. Aku butuh matematika supaya aku tidak selalu mempertimbangkan terlalu banyak hal dalam membuat keputusan. Keputusanku selama ini melibatkan banyak hal supaya membuat keputusan yang membuat semua pihak merasa menang (win-win decision), tanpa menyakiti salah satu pihak. Bukannya metodeku ini salah tapi terkadang kita perlu keputusan taktis (yang bisa diperoleh dengan MM), dan aku juga nggak mau selalu disebut "si pembuat resolusi perdamaian" atau "politikus nurani" oleh lingkunganku tapi kerjanya dalam membuat keputusan sedikit lamban. Nggak bisa kutampik kalo aku memang orang sosial (jurusanku dulu memang IPS) walau kuliahanku sekarang materinya IPA/eksakta (tapi nanti aku berniat ngambil S2 di bidang sosial-politik). Penerapan matematika sederhana juga kuperlukan dalam membangun desain-desain blog walaupun aku nggak menguasai algoritma ataupun bahasa pemrograman lain untuk membuat search engine. Tapi yang jelas, kita -kamu dan aku- butuh matematika (bahkan di sorgapun butuh matematika sebagai cara untuk menghitung dan memproses banyak hal, sehingga ada tertulis frasa "dosa yang menggunung" atau "barisan malaikat berlaksa-laksa", menulis seperti itu kan butuh perhitungan atau matematika). Math helps us to compute this life.

Saturday, August 05, 2006

Pengen Cerita Aja

Seminggu lalu aku dapat e-mail dari seorang alumni (Edo Tanjung, dia mengirim melalui fitur Contact Us di blog kita ini), isinya request link. Sekarang udah aku link di pojok kanan bawah blog. Beliau ada ngasih usul samaku, untuk mengadakan proposal pengadaan website untuk almamater kita sekaligus mengajak siswa-siswi yang masih belajar disana untuk ikut gabung di blog ini (sebagai penulis). Hmmm, cukup brilian juga idenya. Tapi bicara soal pengadaan web sekolah, waduhh, biayanya itu mungkin membuat sekolah nggak nyanggupi proposal itu, lagian udah ada teman kita yang berniat besar menjual proyek web untuk sekolah kita. Dan lagi, sejak awal blog ini aku dedikasikan untuk alumni dari seluruh angkatan, jadi yang boleh gabung disini cuma yang udah berstatus alumni. Thus, yang masih belajar disana belum boleh ya... sabar menanti.

Dulu sekali pas tahun 2002 akhir aku udah niatan membangun web sekolah kita. Tapi menyadari kemampuanku -mengenai IT- ketika itu membuat aku urung apalagi penggunaan internet di kalangan siswa belumlah populer, paling-paling maen ke warnet Dimensi di Delimas. Jarang yang punya koneksi internet di rumah. Belum lagi stigma jelek mengenai internet di kalangan orangtua siswa, pheww bisa ditolak euy... Tapi harapanku halangan seperti itu tidak berlaku di tahun ini dan semoga Rindu sukses menjual proyeknya itu ke sekolah (aku nggak kan merebut lahanmu ndu... hehehe). Oia, beberapa waktu lalu aku punya niat menggelar seminar mengenai blog di sekolah kita. Sayang tabunganku nggak cukup. Kalo cukup, wah, asiklah. Entar adik-adik yang masih sekolah bisa makin maju dengan bicara kepada dunia melalui tulisan2nya. Asal tahu saja, dunia blog di bumi ini makin diperhitungkan sebagai people power. Para pemimpin dunia kini mulai turun bergerilya dengan menulis di blog. Netter yang sudah nge-blog sudah jauh lebih maju daripada netter yang masih sibuk chatting via MiRC. MiRC udah nggak jamannya, bung. Keren kan blogger (penulis blog itu)? Di beberapa perusahaan bonafid di Jakarta malah kini ada jabatan khusus blogger, yang bertugas mencari respon dari kalangan pengguna akhir produk yang dikeluarkan perusahaan tersebut. Blogger udah jadi suatu profesi disamping hobi. Kekmana? Berminat jadi blogger nggak? Kalo berminat dan kamu belum tau sama sekali bagaimana nge-blog itu, daftar aja dulu di blog kita ini. Lalu belajarlah menuangkan ide, mencurahkan kreativitas dan menjalin koneksi antara blogger di seluruh dunia. Let's go, peep!...

Bulan lalu aku ngadain kopdar aka kopi darat alias reuni dengan beberapa alumni seangkatanku yang udah lama nggak jumpa. Tapi mau jumpanya susah sekali karna waktunya nggak dapet. Malah ada yang nggak berhasil ketemuan, misalnya dengan si Rya (00-03) dan Ratni (00-03, dia yang memfoto gambar header di blog kita ini, thanks ya rat). Dan ada jumpa juga dengan Debora (00-03) yang trauma setelah gempa di Yogya. Maklum, dia kuliah di Yogya. Dia cerita kekmana pas gempa kemarin itu, kasihan dia. Kami jumpa dua kali (juga sama Evi Kristina yang masih seangkatan) dan di kopdar kedua pergi ke rumah Johanes (00-03) di seputaran RK padahal si Jo nggak di rumah (dia taruna di Manado). Ada2 aja permintaan si Jo...
Udah ah, aku mau maen ke Friendster dulu. Admin SMA 1 Pakam di Fster ada ngirim e-mail balasan tuh, kayaknya respon tentang program reuni akbar. Wow, reuni akbar!!! Kapan ya?...